Sedikitnya 14 masyarakat di sejumlah wilayah di Selatan Jawa Tengah yakni Kota Salatiga, Banyubiru, Bawen dan Ambarawa, Jawa Tengah diguncang Sabtu, (23/10).
- Geger, Ayah di Pekalongan Diduga Bunuh Bayinya yang Baru Berumur 2 Bulan
- Menyisakan Lembaran Uang Hangus, Toko Alat Rumah Tangga Terbakar
- Sungai Serang Grobogan Meluap, Jalur Danyang-Pengkol Dialihkan
Baca Juga
Guncangan yang tidak sampai menimbulkan korban jiwa ini diduga aktivitas aesar Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, rentetan gempa ini baik gempa utama (mainshock) dan 7 gempa susulannya (aftershocks) berpusat di komplek Gunung Telomoyo.
Gunung Telomoyo adalah gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang.
Gempa kali ini memiliki magnitude 3,0. Gempa pertama terjadi pukul 00.32 WIB hingga siang ini telah tercatat sebanyak 14 kejadian gempa.
Berdasarkan peta tingkat guncangan (shake map) BMKG tampak bahwa dampak gempa berupa guncangan dirasakan di Ambarawa, Salatiga, Banyubiru, dan Bawen dalam skala intensitas II MMI.
Hal ini diperkuat keterangan Kepala Bidang mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono.
Ia menjelaskan, wilayah Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarwa berdekatan dengan sumber gempa sesar aktif.
"Yaitu Sesar Merapi Merbabu dan Sesar Rawa Pening, maka perlu untuk dilakukan edukasi mitigasi gempabumi seperti pentingnya membangun bangunan tahan gempa atau ramah gempa, memahami cara selamat saat terjadi gempa," ujarnya.
Sejumlah warga di empat wilayah di Selatan Kota Semarang itu hingga malam ini masih terus berjaga-jaga.
"Mengantisipasi saja, tapi kami berharap tidak sampai terulang dan membahayakan jiwa," ujar Arif, seorang warga yang menetap di Bawen, Kabupaten Semarang.
Rentetan Gempa
Ada pun rentetan kronologis gempa berdasarkan catatan BMKG di mulai Hari Sabtu, 23 Oktober 2021 pagi dini hari pukul 00.32.05 WIB wilayah Kota Salatiga, Banyubiru, Bawen, Dan Ambarawa di Jawa Tengah diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG dalam menunjukkan bahwa gempa ini memiliki magnitude 3,0.
Episenter terletak pada koordinat 7,296 LS dan 110,38568 BT tepatnya di darat pada jarak 13 km arah Baratlaut Kota Salatiga dengan kedalaman hiposenter 6 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Diduga kuat sumber gempa sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu Merapi Telomoyo.
Berdasarkan peta tingkat guncangan (shake map) BMKG tampak bahwa dampak gempa berupa guncangan dirasakan di Ambarawa, Salatiga, Banyubiru, dan Bawen dalam skala intensitas II MMI dimana guncangan dirasakan oleh orang banyak dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Hingga pagi ini pukul 5.00 WIB belum ada laporan kerusakan bangunan sebagai dampak gempa dan hasil monitoring BMKG menunjukkan belum terjadi lagi gempa susulan.
Gempa utama (mainshock) magnitudo 3,0 tersebut diikuti dengan 4 kali rentetan gempa susulan (aftershocks), yaitu:
a. Pukul 00.42.54 WIB M2,9 kedalaman 11 km (7 km Barat Salatiga)
b. Pukul 01.25.00 WIB M2,5 kedalaman 5 km (12 km Baratlaut Salatiga)
c. Pukul 02.35.57 WIB M2,5 kedalaman 13 km (12 km Baratlaut Salatiga)
d. Pukul 05.29.51 WIB M2,6 kedalaman 18 km (3 km Tenggara Ambarawa)
Seluruh rangkaian rentetan gempa ini baik gempa utama (mainshock) dan 3 gempa susulannya (aftershocks) berpusat di komplek Gunung Telomoyo.
Gunung Telomoyo adalah gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Gunung ini memiliki ketinggian 1.894 m dpl dan merupakan gunung api yang berbentuk strato tetapi belum pernah tercatat meletus.
Sementara, menengok catatan sejarah gempa kuat dan merusak, maka wilayah Salatiga, Banyubiru, dan Ambarawa pernah mengalami beberapa kali gempa signifikan, yakni gempa Semarang, Salatiga dan Ambarawa pada 24 September 1849, gempa Banyubiru, Ambarawa dan Ungaran pada 17 Juli 1865 yang menyebabkan rumah tembok retak, dan gempa Semarang, Ungaran dan Ambarawa terjadi pada 22 Oktober 1865.
Pada keesokan harinya pada 23 Oktober 1865 guncangan gempa kembali terjadi diikuti gemuruh.
Selanjutnya ada gempa Ungaran dan Ambarawa pada 22 April 1866, yang menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok, gempa Salatiga, Ambarawa dan Ungaran terjadi pada 10 Oktober 1872 yang menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok dan gempa merusak terakhir adalah peristiwa Gempa Sumogawe, Getasan magnitudo M 2,7 pada 17 Februari 2014 yang merusak beberapa rumah diikuti suara dentuman keras.
Dan gempa kategori merusak terakhir adalah peristiwa Gempa Sumogawe, Getasan magnitudo M 2,7 pada 17 Februari 2014 dimana gempa ini merusak beberapa rumah diikuti suara dentuman keras.
- Gempa Pacitan Tidak Berpengaruh Terhadap Perjalanan KA di Daop 6 Yogyakarta
- BMKG Ingatkan Curah Hujan Meningkat dan Potensi Gelombang Tinggi di Pesisir
- Dibekali INAWIS, Nelayan Batang Makin Akurat Pahami Cuaca