1.000 Pelajar Kota Pekalongan Ikuti Gerakan Ayo Membaca

 Pelajar Kota Pekalongan mengikuti gerakan Ayo Membaca di Festival Literasi, Lapangan Mataram, Kota Pekalongan, Kamis (21/9). RMOL Jateng
Pelajar Kota Pekalongan mengikuti gerakan Ayo Membaca di Festival Literasi, Lapangan Mataram, Kota Pekalongan, Kamis (21/9). RMOL Jateng

Sejumlah 1.000 pelajar berkumpul di Lapangan Mataram, Kota Pekalongan, untuk mengikuti gerakan ayo membaca selama 15 menit bersama-sama.


Gerakan Ayo Membaca itu dipimpin langsung oleh Bunda Literasi Kota Pekalongan, Inggit Soraya. Gerakan ayo membaca ini diikuti pelajar SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.

Ayo membaca juga diikuti guru pendidik, pengelola Perpustakaan Masyarakat (Perpusmas) juga pegiat literasi di kota Pekalongan.

"Menurut saya dalam sehari memang harus disediakan waktu untuk membaca terutama membaca buku fisik," kata siswi kelas IX SMP PIUS Kota Pekalongan, Nathanie Lauren Koswadi di festival Literasi, Kamis (21/9).

Ia yakin membaca bisa menjadi kebiasaan jika sering dilakukan. Baginya membaca buku fisik sangat penting.

Guru SMP PIUS Kota Pekalongan, Paulina Sri Haryanti menyampaikan kebiasaan membaca generasi z masih kurang. Harapannya  usai gerakan ayo membaca ini bisa menumbuhkan kecintaan pelajar untuk kembali membaca buku.

"Sekolah kami secara rutin juga sudah menggalakan 15 menit membaca, di hari rabu kita isi dengan literasi keimanan, kamis kita berikan kegiatan untuk meningkatkan literasi dan numerasi dan hari jumat, harapannya semoga siswa terbiasa membaca, menambah pengetahuan, dengan terbiasa membaca juga diharapkan bisa menyaring berita-berita terkini dengan baik," tuturnya.

Bunda Literasi Kota Pekalongan, Inggit Soraya menyatakan dewasa ini, kehadiran digitalisasi mengubah kebiasaan pelajar. Dalam keseharian mereka lebih dekat dengan gadget daripada buku. 

"Meskipun literasi bisa dilakukan dengan menggunakan gadget, namun saya ingin generasi muda masih mempunyai ketertarikan untuk membaca buku fisik," ucapnya.

Ia menyebut membaca buku bermanfaat bagi otak. Membaca buku bisa mengurangi kepikunan.

"Jadi saya berharap tidak hanya anak tetapi semua golongan, sampai lansia bisa terus suka membaca," sambung Inggit.